Minyaaaakk oh minyaaakkk

Saya baru sadar, bahwa akhir-akhir ini tak terdengar lagi suara merdu salesman berpikul mengumandangkan kata berulang yang acapkali menarik para ibu rumah tangga dan para pembantu berdatangan ke arah pelantun suara tersebut.  Yap, “tukang minyak” sekarang tinggal sejarah.  Semenjak pemerintah mengkonversi minyak tanah ke gas (awal tahun 2007), dan mulai menghilangkan subsidi minyak tanah maka hilanglah profesi tersebut.

Bukan cuma itu saja, imbas dari kebijakan itu menyebabkan produsen kompor minyak tanah gulung tikar.  Ratusan ribu bahkan mungkin jutaan kompor minyak tanah yang ada di dapur jadi barang rongsokan.

Kalo saya coba cermati, kebijakan yang diambil pemerintah acapkali bersifat reaktif, tidak atas dasar perencanaan yang matang.  Seringkali, kebijakan diambil mendadak, sehingga mengagetkan masyarakat.  Contohnya : konversi minyak tanah ke gas ini… Tahun depan mungkin rakyat diminta untuk mengubah konsumsi energi dari gas ke batubara (:b), tahun depannya mungkin diminta untuk memasak dengan kayu bakar (:b) …

Minyak memang merupakan bahan ampuh mujarab yang sangat vital karena menguasai hajat hidup orang banyak, sehingga ditimbun, dimanipulasi, diselundupkan, bahkan dijadikan alat politik.  Vital karena setiap langkah manusia di muka bumi ini tidak terlepas dari minyak bumi dan turunannya (bensin, minyak tanah, avtur, solar, aspal,…).  Hampir semua alat transportasi bermesin menggunakan minyak, sebagian besar pabrik menggunakan minyak.  Oleh karena itu harga minyak menjadi concern umat manusia di bumi ini.  Kenaikan harga minyak dapat memicu kenaikan harga yang lain (barang maupun jasa) baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ketika harga minyak dunia meroket melewati batas psikologis US $ 100 per barrel yaitu US$104,52 (sumber : liputan 6, 6 Mei 2008), semua pimpinan dunia (baik pemerintahan maupun industri) menahan napas (kecuali spekulan yang sengaja mempermainkan harga).  Terbayang akan terjadi resesi dunia …  Termasuk di Indonesia.  Pasti harga minyak bakal naik.  Pasti harga-harga kebutuhan pokok yang sudah tinggi mencekik rakyat akan semakin tinggi pula.

Ketika harga bensin naik menjadi Rp. 6000 dan solar Rp. 5500, imbasnya mulai terasa. Harga kebutuhan pokok naik dan kehidupan menjadi semakin sulit :(.  ………………………

Sejuta analisa pro dan kontra tentang kenaikan harga minyak, penghapusan subsidi BBM, dan lain sebagainya sudah kita dengar.  Sejuta data dan informasi pendukung masing-masing pendapat sudah kita lihat…………..Toh kita masih hidup sampai sekarang, toh kita masih bertahan,….pasrah …hanya itu yang bisa kita lakukan ?

Jadi buat para pengambil kebijakan : Kalau sudah menyangkut “kehidupan” apalah artinya data dan angka di kertas … tapi lihatlah dengan mata hati yang terdalam (kita yakin masih ada sisa kebaikan di dalamnya)…

Kita hanya bisa berkhayal …Seandainya minyak tanah bisa murah maka akan kita dengar lagi lantunan indah suara salesman pikul ……………………….Minyyyaaaaaaaakkk….

 

4 Comments

  1. Dyah — December 8, 2008 @ 8:05 pm

    Salam kenal juga, nice blog…nanti bisa sering2 mampir belajar statistik….:-)

  2. admin — December 8, 2008 @ 9:00 pm

    Makasih bu, saya tunggu kunjungan berikutnya…

  3. lukman hermawan — December 9, 2008 @ 12:50 pm

    wah saya sih ngga ngerti ginian.. tapi seneng sih kalo dollar pas naik 🙂

  4. adi — December 11, 2008 @ 12:00 pm

    pagi ini pusing nyari minyak buat masak, karena orang rumah pd gak mau pake gas setelah 2 minggu lalu ada kecelakaan dgn gas dirumah alhamdulillah gk ada yg luka serius..

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment