2 dari 3 Laki-laki

Sekitar tahun 90-an warga Jakarta dikejutkan dengan tulisan di salah satu media bahwa 2 dari 3 laki-laki beristri di jakarta berselingkuh.  Begitu hebatnya data tersebut sehingga membuat heboh masyarakat.  Para ibu-ibu menjadi khawatir, jangan-jangan suaminya adalah 2 diantara 3 laki-laki itu.  Para suami menjadi khawatir, jangan-jangan mereka bukan 1 diantara 3 laki-laki.  Saking hebohnya berita tersebut sehingga menginspirasi para sineas untuk memfilmkan “kenyataan” itu.

Jika data tersebut “benar”, betapa rusaknya dan parahnya moral para laki-laki di jakarta !!

Yang patut menjadi pertanyaan kita sebenarnya ialah “Apakah data tersebut benar?”  “Bagaimana cara pengambilan data tersebut?”  “Bagaimana si fulan sampai pada kesimpulan bahwa 2 dari 3 laki-laki berselingkuh?” “Kalau si penulis berita mengatakan bahwa data didapat dari sumber yang dapat dipercaya, Siapa yang menjadi samplenya” dst….dst….. dan sejuta pertanyaan lainnya.

Yang menggelitik ialah pertanyaan berikut : “Jika 2 dari 3 laki-laki berselingkuh, dengan siapa dia berselingkuh?…artinya dengan 2 perempuan lainnya (asumsi 1 orang laki-laki berselingkuh dengan 1 orang perempuan)……jika komposisi laki-laki dan perempuan sama dan para suami berselingkuh dengan para istri maka ….. kemungkinan 2 dari 3 perempuan pun berselingkuh??!!?”

Bagaimana menurut Anda ??

51 Comments

  1. mnawawi — November 14, 2008 @ 9:16 pm

    Sebagai seorang mahasiswa yang telah mengetahui beberapa dasar dan hukum-hukum dalam statistik, maka data tersebut belum bisa diakui kebenarannya. dan dalam kesempatan ini saya pribadi menyampaikan untuk tidak langsung mempercayai keakuratan data tersebut.
    PERTAMA, sampel yang tidak jelas diambil dari mana dan bagaimana cara pengambilannya. hal ini tidak ditampakkan atau dijelaskan. Penjelasan yang ada hanya bahwa data didapat dari sumber yang dapat dipercaya. Bisa saja sampel ini diambil di tempat yang kebetulan memang banyak lelaki yang ‘seperti itu’ sehingga hasil yang mereka peroleh adalah tiga dari dua lelaki di Jkt berselingkuh. Seharusnya pemberi data harus menjelaskan paling tidak metode pengambilan data yang ia pakai dan seberapa akurat sampel yang ia gunakan sehingga para pembaca/penerima data yakin bahwa data tersebut betul-betul mewakili semua laki-laki di Jakarta. contohnya, pemberi data menuliskan keterangan bahwa ia menggunakan sistem random chance (acak) yang berarti semua daerah di Jakarta memiliki perwakilan dalam sampel yang diambilnya. KEDUA, jika memang data tersebut benar, maka data statistiknya kurang representatif. Jika memang sampel yang diambil berada di kawasan Jakarta, mestinya statistik yang diberikan harus lebih jelas dari sekadar “2 dari 3 laki-laki berselingkuh”, paling tidak harus ada chart, tabel, maupun persentasi yang disertakan agar data statistiknya lebih jelas. KETIGA, tidak dapat dilakukan kemungkinan2 (probability) lain sehubungan dengan data statistik tersebut, misalnya, “jika komposisi laki-laki dan perempuan sama dan para suami berselingkuh dengan para istri maka ….. kemungkinan 2 dari 3 perempuan pun berselingkuh”, karena data statistik yang diberikan masih ‘kabur’ sehingga kemungkinannya akan sangat banyak, bisa saja lelaki sampel yang dinyatakan berselingkuh tadi melakukan perselingkuhannya di luar kota dengan perempuan di kota tersebut, maka jika perempuan ini ingin dijadikan sampel untuk penelitian baru, maka akan lebih luas populasinya.

    muhammadnawawi_18a_02_ang2008

  2. taufan — November 15, 2008 @ 8:38 am

    Dari bacaan artikel diatas yang berpendapat bahwa 2 dari 3 laki-laki di Jakarta telah melakukan selingkuh, kesimpulan yang diambil dari hasil survei tersebut tidak relevan mengingat tidak semua laki-laki di jakarta melakukan perselingkuhan. Yang menjadi pertanyaan paling mendasar adalah apakah hasil survey tersebut representative terhadap sifat seluruh laki-laki di Jakarta. Jika kita pikirkan lebih mendalam tidak semua laki-laki di Jakarta mempunyai pasangan hidup seperti istri dan pacar, jika yang dimaksud laki-laki disini adalah laki-laki pada umumnya maka anak laki-laki umur lima tahun juga termasuk dari survey maka hasil survey ini kelihatan tidak relevan sama sekali. Dari asumsi dalam artikel yang menyatakan bahwa jumlah laki-laki sama dengan perempuan, maka akan terjadi perselingkuhn dengan melibatakan istri dari teman kerja atau bahkan dengan saudaranya sendiri. Jika ditinjau dari samplenya, pengambilan data tidak dijelaskan secara mendetail oleh pemberi data seperti tempat dan waktu pengambilan sampel, jadi dapat saya simpulkan survei diatas kurang relevan. taufan_24A_02_ang2008

  3. purnamasari — November 15, 2008 @ 1:39 pm

    Dari artikel diatas dikatakan bahwa 2 dari 3 laki-laki beristri dijakarta berselingkuh. Menurut saya kesimpulan dari pernyataan tersebut belum dapat dipercaya seutuhnya. Dilihat dari cara pengambilan sample nya pun tidak jelas, dimana,tepatnya di daerah mana dan laki-laki umur berapa bahkan laki-laki yang memiliki pekerjaan ataupun laki-laki dari kalangan miskin atau menengah kita tidak mengetahuinya. si pemberi data seharusnya menjelaskan sample yang ia gunakan, sehingga si pembaca tahu seberapa akurat data dari survey yang dilakukan si pemberi data tersebut. Bahkan si pemberi data sendiri tidak diketahui identitasnya, sehingga bisa saja data tersebut hanya bualan dan tidak benar adanya. Dan jika diperhatikan dengan mata kasar pun, kita dapat melihat bahwa tidak semua laki-laki di jakarta bersifat demikian. Namun, jika memang data tersebut benar adanya saya katakan data tersebut kurang Representatif terhadap suatu data. Diatas dikatakan pula bahwa “Jika 2 dari 3 laki-laki berselingkuh, artinya ia berselingkuh dengan 2 perempuan lainnya (asumsi 1 orang laki-laki berselingkuh dengan 1 orang perempuan)……jika komposisi laki-laki dan perempuan sama dan para suami berselingkuh dengan para istri maka ….. kemungkinan 2 dari 3 perempuan pun berselingkuh??!!?”, disini berarti kita juga perlu mengambil data dengan sample ‘perempuan bersuami yang berselingkuh’. Menurut saya ini merupakan pengumpulan data statistik yang tidak jelas asalnya dan kurang relevan untuk sebuah data statistik.

    purnamasari_19A_02_ang2008

  4. anang — November 17, 2008 @ 3:15 pm

    Menurut pendapat saya pribadi, data itu mungkin saja benar, tapi cenderung sulit untuk dipercaya. Kenapa? alasanya adalah sbb: (I).Definisi selingkuh yang beragam dari setiap suami. Kebanyakan orang memahami selingkuh sabegai hubungan intim seorang suami dengan wanita lain selain istrinya. Tapi, ada yang menganggap meski hanya makan malam dengan teman kantor wanita itu bisa juga dianggap selingkuh. Bahkan,ada suami yang merasa berselingkuh karena telah jatuh cinta dengan istri tetangga. Hal ini seharusnya dijelaskan dahulu, karena sedikit banyak akan mempengaruhi hasil survey. (II). Alasan lainya adalah tampilan data yang terlalu sederhana. Hal ini dapat menimbulkan beberapa pertanyaan semisal: Suami di daerah mana saja yang paling banyak selingkuh?, Ataupun dengan siapa mereka selingkuh?. Karenanya, tidak bisa begitu saja kita dapat menarik kesimpulan lain di luar data tersebut. Contoh< pemikiran tentang 2 dari 3 istri juga selingkuh tidak dapat dibenarkan, Kerena, masih banyak kemungkinan dengan siapa saja si suami melakukan perselingkuhan. Bisa saja dia selingkuh dengan wanita yg belum menikah, ataupun dengan wanita di luar Jakarta. Maka seharusnya, dalam penyampaian data tersebut ditambahkan table,chart,diagram yang memuat informasi tanbahan. sehingga semua jelas. (III). Alasan lain yaitu, cara pengambilan data dan sample tidak dijelaskan dengan detil. Seharusnya, pemberi data harus menjelaskan tentang metode pengambilan data yang dipakai dan seberapa akurat sample yang digunakan. Sehingga, tingkat kepercayaan terhadap hasil survey dapat meningkat.

    anang_04a_02_ang2008

  5. lilik — November 17, 2008 @ 3:15 pm

    Sebagai media yang diakses oleh banyak orang, sebaiknya si penulis berita juga merupakan orang yang benar-benar kompeten dibidangnya. Begitu pula dengan adanya berita yang berhubungan dengan statistik harus ditulis oleh orang yang tahu benar bagaimana cara pencarian dan penyajian data statistik yang baik. Data statistik yang baik harus menggunakan sampel yang benar-benar mewakili populasi tersebut. Jika data statistik dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, pembaca menjadi lebih tahu dan dapat mengantisipasinya. Jika data yang disajikan salah justru akan membuat keresahan di masyarakat. Berita yang disajikan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penulis berita harus harus menunjukkan daerah mana saja yang dijadikan sampel sehingga masyarakat tahu apakah daerah tersebut dapat mewakili wilayah Jakarta dan penulis berita juga harus melakukan penelitian terhadap perempuan Jakarta yang berselingkuh agar pertanyaan apakah 2 dari 3 wanita berselingkuh dapat terjawab.

    lilik_16a_02_ang2008

  6. ekwanto — November 17, 2008 @ 3:24 pm

    Dari artikel diatas yang menyatakan bahwa 2 dari 3 laki-laki di Jakarta berselingkuh.Menurut saya keabsahan dari data tersebut masih harus di uji lagi lagi,karena apa???.hal ini dikarenakan unsur-unsur yang mengakhuratkan data ini tidak ada.misalnya saja sample yang digunakan dalam pengambilan data ini tidak dijelaskan secara gamlang,apakah yang dijadikan sample seluruh masyarakat Jakarta yang telah berkeluarga,atau hanya laki-laki di Jakarta pusat atau daerah lainnya…cara pengumpulan datanya pun tidak dijelaskan bagaimana prosesnya.Apakah dengan cara survey,melakukan koresponden atau dengan cara-cara yang lainnya sehingga membuat data ini lebih akurat.Sumbernya pun tidak jelas.Data ini hanya mencamtumkan bahwa data ini dari sumber yang dapat dipercaya.Tidak dijelaskan disini apakah sumber yang terpercaya tersebut dari lembaga yang bonafit semisal BPS,atau LSM-LSM yang mengurusi hal-hal semacam ini.Data ini juga kurang representatif atau tidak dapat mewakili seluruh populasi laki-laki yang berkeluarga dan bertempat tinggal di Jakarta.Dan juga data lain yang menyebutkan 2 dari 3 perempuan juga berselingkuh tidak dapat dipertanggungjawabkan keakhuratannya.

    ekwanto_09A_ang2008

  7. DICKY — November 17, 2008 @ 5:41 pm

    Benar atau tidaknya data tersebut di atas TERGANTUNG siapa sampelnya dan bagaimana metode pengambilan datanya (apakah secara acak atau tidak). Misalnya si pembuat data mengambil sampel dari kalangan yang “hobi” selingkuh. Maka bisa saja dia mengatakan 2 dari 3 lelaki hidung belang di jakarta mengakui selingkuh, bahkan 3 dari 3!!! Atau malah sebaliknya. Seandainya si pembuat data ini mengambil sampel dari orang-orang “soleh”, maka akan didapat kesimpulan: tidak ada laki-laki di jakarta yang pernah selingkuh.
    Terlepas dari itu semua, satu hal yang pasti:penduduk jakarta mudah terpengaruh isu.

    dicky_08a_o2_ang2008

  8. hairum rijal — November 18, 2008 @ 9:01 am

    Menurut pendapat saya, kesimpulan dari artikel di atas kurang bisa dipercaya. Masalahnya adalah penulis tidak mencantumkan bagaimana cara pengambilan sampel dari data-data yang diambil. Bisa sajakan penulis berita ini mengambil sampelnya di tempat prostitusi. dan melihat langsung. Lagian, kalau misalnya penulis berita menggunakan metode wawancara dengan menanyakan langsung kepada sebagian laki-laki bahwa apakah mereka selingkuh, saya bilang laki-laki itu pasti kurang waras. Mana mungkin ada orang yang secara terang-terangan mau mengatakan bahwa ia pernah selingkuh. Tapi, jika ada laki-laki yang ada di jakarta nekad mengatakan kalau ia pernah selingkuh, belum tentu dapat dikatakan bahwa perempuan yang ia temani selingkuh adalah berasal dari jakarta juga. Bisa sajakan teman selingkuhan laki-laki itu berasal dari daerah lain. Yang jelas, terlepas dari semua itu saya menyimpulkan bahwa “kesimpulan dari penelitian di atas TIDAK VALID!!!”

    hairum_11A_02_ang2008

  9. ginanjar — November 18, 2008 @ 9:12 am

    Topik masalah yang diangkat dalam artikel tersebut sangat menarik. Sayang sekali, bagi saya pribadi hasil penelitian yang di atas masih meragukan kebenarannya. Dimulai dari metode pengambilan data yang kurang jelas. Jika menggunakan metode acak (random), maka seharusnya dicantumkan pula keterangan sampel dengan jelas. Mulai dari jumlah sampel. umur sampel, dan wilayah persebaran sampel. Bila hal ini tidak diperhatikan, misalnya pengambilan sampel yang tidak merata dari daerah-daerah di Jakarta, maka sampel tersebut tidak bisa mewakili populasi sehingga keputusan yang diambil pun tidak bisa dianggap benar. Selain itu, harus pula dicantum seberapa keakuratan data penelitian serta seberapa mungkin persentase kesalahan penelitian. Masalah lainnya adalah asumsi 2 pria berselingkuh dengan 2 wanita, seharusnya masih ada pertanyaan apakah tidak mungkin ada laki-laki yang mengalami kelainan seksual sehingga berselingkuh dengan sesamanya. Untuk hal ini harus melalui penelitian lagi yang lebih lanjut.

    ginanjar_10a_02_ang2008

  10. HERU — November 18, 2008 @ 9:45 am

    Menurut pendapat saya tentang artikel yang dikemukakan di atas, saya berpendapat bahwa data yang dikemukakan masih meragukan kebenaran dan kevalidannya. Mengapa saya bisa berpendapat seperti ini???
    1. Bagaimana cara pengambilan sampel untuk data tersebut?
    Apakah sudah sesuai dengan kaidah-kaidah dalam ilmu statistik?
    Apakah pengambilan sampel untuk data diatas sudah mewakili keadaan seluruh daerah (populasi) di Jakarta?
    Ataukah hanya di tempat-tempat tertentu saja?
    Hal-hal inilah yang masih tidak jelas dikemukakan dalam data diatas. Apakah pengambilan sampel dengan cara kuisioner, wawancara, atau observasi langsung juga tidak dijelaskan. Selain itu, apakah pengambilan sampel sudah secara menyeluruh di setiap wilayah dan apkah secara acak atau tidak juga tidak dijelaskan. Apalagi sampai pada adanya tabel, grafik, atau diagram untuk mengambil kesimpulan dari sebuah data,juga tidak ada. Inilah hal-hal yang seharusnya sangat penting diterangkan sehingga para pembaca mengetahui kevalidan data tersebut, justru tidak diterangkan sama sekali. Hal-hal yang sangat pokok dalam sebuah penelitian untuk menunjukkan keakuratan data tersebut, tidak dicantumkan.
    2. Jika komposisi laki-laki dan perempuan dalam artikel diatas sama, berarti juga kemungkinan 2 dari 3 istri berselingkuh juga.Inilah yang tidak diterangkan juga, apkah suami berselingkuh dengan siapa, wanita yang sudah bersuami atau belum bersuami.
    Jadi,seharusnya masyarakat,pada khususnya ibu-ibu, agar tidak mudah terpengaruh oleh sebuah data, jika data tersebut tidak dilengkapi dengan bukti-bukti yang menunjang keakuratan data tersebut.

    heru_13a_02_ang2008

  11. malan rizki — November 18, 2008 @ 11:19 am

    Terlepas dari simpulan yang didapatkan–yang memang biasa digunakan oleh orang yang membutuhkan informasi tersebut–, dari sisi statistika kita membutuhkan informasi mengenai metode statistika mana yang dipakai, sudah jelas dalam hal ini sampel-lah yang digunakan, sedangkan sifat dari sampel itu sendiri walaupun bisa dianggap mewakili semua populasi, tetap saja sampel ini mempunyai error. entah itu 2,5%, 5%, atau 10%. dan tentunya metode pengolahan sampel yang berbeda akan menghasilkan simpulan yang berbeda pula. Ada baiknya dalam hal ini, kita percaya saja simpulan tersebut dengan catatan kita juga tidak bisa melepaskan diri kita dari fakta bahwa metode statistik mungkin saja salah. ketahuilah bahwa parameter-parameter dalam statistika adalah hanya seperberapamilyar parameter yang ada di dunia ini.

    malan_16B_02_ang2008

  12. gunawan — November 18, 2008 @ 11:42 am

    Menurut pendapat saya, kebenaran dari artikel itu tidak dapat langsung(kurang dapat) kita terima. Mengapa?
    1. Data statistik yang diberikan sangat kurang lengkap dan transparan. Hanya dengan keterangan `2 dari 3 laki-laki` kita tidak bisa menilai seberapa jauh nilai kebenaran data tersebut sedangkan jumlah responden,grafik, chart, diagram, metode pengambilan sampel , waktu pengambilan data,tempat pegambilan sampel yang lebih spesifik sama sekali tidak disebutkan. Bisa jadi jumlah responden yang diikutkan dalam pengambilan data tidak cukup mewakili dari sifat yang akan dianalisis(misalkan kebetulan data yang diambil pada komunitas yang suka selingkuh). Atau bisa juga pengambilan sampel tersebut pada waktu yang lampau (tidak update) karena suatu data dapat berubah seiring dengan waktu. Atau bisa pula metode yang digunakan kurang akurat misal dilakukan pengambilan data dengan sistem nonrandom yang mana lebih bersifat subyektif artinya tidak semua elemen tidak mempunyai probabilitas yang sama untuk dipilih (padahal syarat data yang baik salah satunya adalah bersifat obyektif dan representatif). Apa ada suatu perhitungan dari data tersebut yang bisa dijadikan pedoman bahwa kesalahan baku dari data tersebut kecil?
    2. Mengenai pertanyaan `jika komposisi laki – laki sama dengan perempuan , apakah kemungkinan 2 dari 3 perempuan juga berselingkuh?`, menurut saya jawabannya adalah semua mungkin terjadi, mungkin hal itu benar, mungkin juga tidak karena kesamaan suatu hal dengan hal yang lain(dalam hal ini adalah kesamaan komposisi antara laki – laki dengan perempuan) tidak dapat dijadikan acuan untuk menarik kesimpulan bahwa hal yang lain juga sama(salah nalar). Bisa saja memang 2 dari 3 perempuan berselingkuh jika data yang didapat(baca : data akurat) menunjukkan seperti itu. Bisa juga tidak karena, sekali lagi benar tidaknya data tergantung dari bagaimana data tersebut didapat, diolah dan tingkat keakuratan data tersebut.
    3. Perselingkuhan merupakan masalah sosial yang kompleks jadi tidak bisa ditarik kesimpulan dari satu sisi saja. Di samping itu, yang menjadi sebuah tanda tanya bagaimana sang penulis bisa mendapat data yang akurat padahal selingkuh atau tidaknya seseorang merupakan masalah pribadi yang kebanyakan terselubung atau sebisa mungkin disembunyikan oleh yang bersangkutan, bagaimana sumber tersebut mengorek data yang akurat. Kalau ternyata data yang didapat salah malah dapat menjadikan fitnah.
    Komentar saya penyajian suatu data harus didukung dengan komponen – komponen yang tepat dan kajian – kajian teori yang sesuai sehingga dapat menghasilkan suatu tulisan(data) yang akurat bukan secara asal.

    GUNAWAN_10B_02_ANG2008

  13. ika nur asizah — November 18, 2008 @ 11:45 am

    Setelah mambaca artikel yang menyatakan “2 dari 3 laki-laki di jakarta telah melakukan selingkuh”, menurut saya artikel tersebut belum bisa dikatakan benar karena belum memenuhi persyaratan dalam ilmu statistik seperti pengumpulan data yang tidak jelas apakah menggunakan metode acak atau dengan cara kuisioner langsung dan sampel yang dipakai juga tidak jelas, apakah sampel yang dipakai adalah laki-laki yang berada di daerah jakarta atau di pusat ibu kota yang mewakili semua laki-laki? oleh karena itu pemberi berita harus mencantumkan seberapa keakuratan data yang diambil bukan hanya mengatakan bahwa data di dapat dari sumber yang terpercaya. Dan asumsi lain yang mengatakan 2 dari 3 laki-laki berselingkuh dengan 2 perempuan lainnya baik perempuan yang sudah menikah maupun belum menikah juga harus dilakukan pendataan dengan dicantumkan data yang akurat dan sampel yang jelas sehingga data tersebut dapat dipecaya bagi pembacanya…Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari artikel diatas belum bisa dipercaya…
    ika_14b_02_ang2008

  14. Kaneko — November 18, 2008 @ 11:57 am

    Artikel di atas menyebutkan bahwa dari 2 dari 3 laki-laki beristri di jakarta berselingkuh. Menurut saya,data di atas meragukan akan akurat tidaknya berita di atas. Yang jelas cara pengambilan samplenya tidak diketahui, dimana daerah tempat tinggal sample, umur dan pekerjaan sample, dkk. cara pengumpulan datanya pun tidak jelas bagaimana caranya. Apakah dengan cara acak(random) atau dengan cara survey atau sejenisnya, sehingga membuat data ini lebih akurat. Sumbernya pun tidak jelas. Data ini hanya mencamtumkan bahwa data ini dari sumber yang dapat dipercaya. Lagipula, bisa saja si penulis berita data diambil dari sebuah daerah yang memang tidak bermoral dan “bebas”,misal tempat prostitusi, dkk.
    Yang jelas, tidak semua orang jakarta bermoral seperti itu. Dan masyarakat awam(pada umumnya) muah “termakan” oleh berita2 seperti itu. Terutama kaum hawa (ibu2,dkk).
    Jadi,seharusnya data statistik di atas diikuti dengan bukti2 berupa chart,diagram,tabel,dsb yang bisa mendukung data tsb agar data di atas bisa dikatakan “benar” dan akurat serta bisa dipercaya(tidak meragukan).

    R.MuchamadKaneko_19b_02_ang2008

  15. Rogo Aji Sukmono — November 18, 2008 @ 5:09 pm

    Setelah saya membaca artikel tentang “2 dari 3laki-laki beristri di Jakarta selingkuh”,nenurut saya untuk mewakili keadaan yang terjadi di Jakarta pada waktu itu,kebenaranya masih belum dapat dipercaya sepenuhnya,artinya masih perlu bukti-bukti yang akurat.Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana data itu diperoleh,bagaimna cara pengambilan sempel,apa saja metode-metode yang digunakan,Apakah semuanya itu sudah dapat mewakili populasi yang ada?Jika kita lihat,dalam hal ini si Fulan menyimpulkan bahwa 2 dari 3 laki-laki beristri di Jakarta selingkuh,menurut saya kurang tepat,dari mana pengambilan sempel dan metode-metode yang digunakan tidak dijelaskan.artinya apakah sempel itu diambil dari yang secara ekonomi termasuk kalangan atas,menengah,atau bawah.Apakah sempel itu diambil dari lingkungan perkotaan,pedesaan,atau daerah yang masih mempunyai adat dan kekerabatan yang kental ?Tentunya masing-masing memiliki pandangan dan jawaban yang berbeda pula.Menurut saya,kejadian tersebut banyak terjadi pada kalangan atas yang hidup di perkotaan,walaupun tidak menutup kemungkinan terjdi di kalangan yang lain.Dan menurut saya alasan lainya yang penting adalah,jika kita melihat populasi yang jumlahnya begitu banyak,masih sangat kurang jika hanya mengambil 3 sempel.Artinya belum bisa mencakup elemen/tingkat masyarakat di daerah tersebut.
    Jadi,kesimpulanya adalah,dalam pengambilan data diperlukan penjelasan mengenai cara/metode yang digunakan sehingga didapat data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya dan tidak menjadi kebohongan publik belaka.
    RogoAji_22a_02_ang2008

  16. yuniasih — November 18, 2008 @ 6:50 pm

    Berdasarkan artikel yang telah saya baca di atas, saya tidak percaya sepenuhnya terhadap kebenaran data tersebut. Alasannya: (1) Dalam data tersebut tidak dijelaskan mengenai keterangan sampel yang diambil secara jelas, hanya disebutkan “para laki-laki di Jakarta”. Seharusnya data tersebut menyertakan klasifikasi sampel yang diambil dengan jelas, siapa saja sampel tersebut, siapa saja pasangan selingkuhnya, dimana sampel diambil, serta cara pengambilan datanya. (2) Data tersebut tidak menjelaskan jumlah keseluruhan sampel yang diambil, hanya menyebutkan “2 dari 3 laki-laki di Jakarta berselingkuh”. Seharusnya penulis menyebutkan jumlah sampel keseluruhan baik laki-laki dan perempuan dengan jelas. Karena Jakarta banyak disinggahi banyak orang dari seluruh daerah, bisa saja sampel yang di ambil adalah orang luar jakarta yang hanya singgah di Jakarta. Sehingga perlu disebutkan jumlah sampel untuk dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menetap di Jakarta. (3) Data tersebut tidak menjelaskan bagaimana pengertian selingkuh yang dimaksud, dan menurut pandangan siapa pengertian selingkuh itu. Bisa saja seorang istri mengenggap suaminya berselingkuh hanya karena cemburu melihat suaminya mengantarkan seorang perempuan lain pulang. Padahal suaminya tidak merasa berselingkuh dengan perempuan yang diantarkannya pulang. (4) Penyajian data tersebut kurang jelas, seharusnya data tersebut disajikan dlam bentuk tabel, chart, atau diagram disertai keterangan-keterangan menenai jumlah sampel, lokasi dan waktu pengambilan sampel. Namun saya juga tidak dapat mengatakan bahwa data tersebut adalah salah. Dilihat dari akibat yang ditimbulkannya,”Begitu hebatnya data tersebut sehingga membuat heboh masyarakat”, “Saking hebohnya berita tersebut sehingga menginspirasi para sineas untuk memfilmkan kenyataan itu”,mungkin saja data tersebut adalah benar. Penulis mungkin sengaja merahasiakan identitas sampel yang diambil, dan area pengambilan sampel untuk menghindari terjadinya konflik di masyarakat khususnya hubungan sampel dengan pasangannya. Atau mungkin penulis mengambil data tersebut melalui pengamatan yang ia lakukan sendiri secara diam-diam terhadap beberapa sampel,sehingga tidak dijelaskan secara jelas mengenai identitas sampel dan area pengambilan sampel.
    yuni_27a_02_ang2008

  17. Hamzah M Fauzi — November 18, 2008 @ 7:18 pm

    Menurut saya, artikel ini sangat menarik apalagi dijadikan bahan pembicaraan ibu-ibu yang sedang berkumpul menantikan tukang sayur di depan rumahnya. Mengenai relevansinya dan akurasi data tersebut memang masih jauh dari syarat-syarat statistika. Mengenai hal ini, tentu saja tidak bisa dijadikan acuan bahwa 2 dari 3 laki-laki pasti melakukan selingkuh. Ada banyak sekali keragu-raguan dalam data tersebut, yang sayangnya tidak dipublikasikan. Saya akan percaya terhadap data tersebut apabila rambu-rambu tersebut dicantumkan dalam informasi “2 dari 3 laki-laki” itu. Sayangnya, ibu-ibu tidak akan menggunakan istilah statistika dalam obrolan sehari-harinya. hamzah_11b_02_ang2008

  18. Ahmad ZakyMubarok — November 18, 2008 @ 8:35 pm

    pada kisah itu ada yang janggal,tapi akan saya ambil 2 hal yang menggantung status kebenarannya, yaitu dari paragraf terakhir. “asumsi bahwa komposisi laki-laki dan perempuan itu sama” dan “satu laki-laki selingkuh dengan 1 perempuan”. lalu kita ambil 3 pertanyaan utama disini 1. apakah data itu benar?. 2. bagaimana pengambilan data itu? 3. bagaimana cara si fulan sampai pada kesimpulan itu?. pendapat saya,jika yang menjadi patokan adalah bacaan itu, maka pertanyaan pertama dan kedua terjawab, DATA ITU TIDAK SAH DAN CARA PENGAMBILAN SANGAT TIDAK JELAS.Alasannya, tidak disebutkan jumlah respondennya baik yang menjawab selingkuh ataupun tidak,tempatnya tidak spesifik,cara pengambilan data tidak ada (seharusnya dijelaskan mungkin hasil itu diperoleh dari wawancara,angket dll)dan tidak disebutkan lembaga mana yang mengambil data itu (bisa jadi penulis sendiri)untuk menjawab pertanyaan ketiga saya berpegang pada ketidakjelasan dari cara pengambilan data itu, jawabannya adalah itu cuma asumsi penulis. mungkin saja penulis kebetulan menanyai/memberi angket hanya pada beberapa orang (tidak menyeluruh)saja dan kebetulan itu membuahkan hasil seperti itu. untuk masalah jumlah laki-laki dan wanita sama,itu tidak riil dan menimbulkan pertanyaan (karena cuma asumsi) ketidak riilan itu adalah tidak pernah ada jumlah wanita dan laki-laki sama kecuali mungkin sudah ada sistem untuk membuat jumlah laki-laki dan perempuan itu sama. menjawab pernyataan 2 dari 3 istri selingkuh, itu juga tidak pasti karena bisa jadi suami-suami itu selingkuh dengan wanita yang belum bersuami. kedua hal itu cuma ASUMSI DAN TIDAK ADA PENJELASAN ASUMSI ITU. untuk menampilkan hasil survei yang akurat harus dijelaskan Siapa respondennya, cara pengambilan data, tempat dan waktu pengambilan data, ditampilkan grafik/chart untuk memperjelas hasil data itu dan yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga mana yang menyajikan data itu.

    AhmadZaky_02b_02_ang2008

  19. Alifiyan Rosyidi — November 19, 2008 @ 11:41 am

    Tentu saja yang menjadi permasalahan pertama adalah seperti yang disebutkan sebelumnya, yaitu mengenai asal-muasal data tersebut; metode penarikan kesimpulannya; apakah sampel yang diambil dapat benar-benar mewakili ataukah tidak; dan masih banyak hal lain lagi. Tapi kemudian jika kita lihat asumsi mengenai ‘2 dari 3 perempuan selingkuh’ tersebut, maka bisa dikatakan dengan jelas bahwa asumsi tersebut tidak dapat diakui. Mengapa? Karena seperti yang dikatakan Ahmad Zaky, ada kemungkinan mereka berselingkuh dengan wanita yang tidak bersuami; dan jika ditulis bahwa asumsi 1 laki-laki berselingkuh dengan 1 perempuan, maka ada kemungkinan 1 perempuan menjadi selingkuhan banyak laki-laki (^-^).

    AlifiyanRosyidi_03a_02_ang2008

  20. Aryani Arifuddin — November 19, 2008 @ 12:44 pm

    Menurut saya pribadi sampel tiga orang itu belum cukup kuat untuk melambangkan seluruh warga jakarta yang demikian banyak dan setiap tahunnya terus bertambah. sampel itu belum cukup kuat untuk menepis dan mengeliminir kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin bisa terjadi.

    Aryani_05b_02_ang2008

  21. Yudhi Aprianto — November 19, 2008 @ 5:46 pm

    Menurut saya berita dari artikel “2 dari 3 laki-laki beristri di jakarta berselingkuh” kebenarannya masih sangat meragukan. Dalam artikel tersebut penulis tidak menjelaskan cara yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut. Padahal cara yang digunakan memiliki kedudukan yang sangat penting untuk membuktikan kebenaran data tersebut. Kemudian dalam mendapatkan data tersebut, sampelnya pun tidak dijelaskan. Apakah benar-benar sampel secara acak yang dapat mewakili laki-laki beristri di jakarta atau hanya beberapa golongan saja yang menjadi sampelnya. Penulis tidak menyajikan data yang representatif untuk menjelaskan hal tersebut. Jika benar penulis memperoleh data dari sumber yang dapat dipercaya seharusnya penulis berani menampilkan data-data statistik untuk mendukung kesimpulannya. Baiklah andaikata kita asumsikan kesimpulan penulis benar maka kita pun dapat berkesimpulan bahwa 2 dari 3 perempuan pun berselingkuh (asumsi jumlah laki-laki = jumlah perempuan). Padahal penulis tidak menjelaskan hal tersebut. Saya rasa penulis seharusnya menjelaskan secara jelas tentang hal-hal yang mendukung kesimpulan atau datanya agar masyarakat dapat menilai benar atau tidaknya data tersebut. Jika tidak maka hal ini akan menjadi berita yang menghebohkan di masyarakat tanpa bisa diketahui kebenarannya.

    yudhi_26B_02_ang2008

  22. ari susetYo — November 19, 2008 @ 6:29 pm

    “Intinya lucu plus bingung.hehehe…333xxx.Tetapi untuk menjawab pertanyaan, “kemungkinan 2 dari 3 perempuan pun berselingkuh??!!?”.Menurut pendapat saya sebenarnya tidak dapat diambil kesimpulan dari data ataupun kesimpulan yang menyebutkan 2 dari 3 pria jakarta berselingkuh. Data ataupun hasil kesimpulan itu hanyalah sebuah hasil dari pengamatan yang ditujukan kepada beberapa sampel pria jakarta yang akhirnya menghasilkan kesimpulan seperti itu. Lalu apa hubungannya dengan si wanita ??? Terus bisa juga laki-laki selingkuh dengan 2 waqnita dan 1 dari 2 wanita itu selingkuh dengan 2 pria lain. Tambah bingung kan ??? Jelas itu hanya pertanyaan yang coba dihubung-hubungkan saja.
    aRi_05a_02_ang2008

  23. a.asriani — November 19, 2008 @ 7:48 pm

    Setelah membaca artikel di atas yang menyatakan bahwa 2 dari 3 laki-laki beristri dijakartaberselingkuh.Menurut pendapat saya pribadidata tersebut tidak benar karena seperti yang kita ketahui bahwa data statistik yang baik adalah data yang memenuhi persyaratan atau kaidah ilmu statistik.Di mana artikel tersebut tidak menampilkan cara atau metode yang digunakan.apakah menggunakan teknik random atau nonrandom,sehingga kita tidak dapat menentukan sample yang digunakan pada artikel tersebut.Selain itu penulis tidak menampilkan cara penyajian data yang baik misalnya,menggunakan table,grafik,atau diagram yang dapat dipercaya sehingga pembaca dapat mengetahui benar tidaknya data tersebut.Sepertinya artikel tersebut menggunakan peubah nominal yaitu jenis kelamin,yang nilainya tidak dapat diurut,jaraknya tidak dapat dipastikan serta tidak dapat dilakukan operasi matematis.Jadi kesimpulannya data tersebut tidak benar karena tidak disertai dengan bukti- bukti yang memperkuat data tersebut.
    a.asriani_o1a_02-ang2008

  24. Hendranto Putro — November 19, 2008 @ 8:16 pm

    Menurut saya pernyataan itu tidak benar. Mengingat kejadian itu sangat luar biasa, dan jika memang benar terjadi pasti akan tersebar luas kepada masyarakat. Dan prakteknya dapat dilakukan dengan terbuka mengingat perbandingan jumlah yang selingkuh lebih banyak dari yang tidak selingkuh. Sehingga mereka tidak usah malu dengan kegiatan selingkuh tersebut. Dan sekarang kenyataannya tidak terbukti kan..
    Saya kira cara memperoleh kesimpulan tersebut sangat tidak benar dan seakan-akan asal mengambil. Mungkin data yang diambil hanya dari beberapa daerah atau kawasan tertentu saja. Tidak merata keseluruh wilayah Jakarta. Sehingga hanya segelintir orang saja yang terdata yang mungkin kebetulan orang itu memang selingkuh.Yang perlu menjadi pertanyaan adala bagaimana orang yang mengambil kesimpulan tersebut mendapatkan kesimpulan yang luar biasa itu? Apa metode yang digunakan orang tersebut? Bisa saja orang tersebut asal menanyakan pada orang dijalan, atau hanya pada temen saja. Malah, karena ketertarikannya untuk menyelidiki tingkat selingkuh, orang tersebut hanya mencari orang orang yang selingkuh saja untuk dimintai data dan keterangan. Dapat juga terjadi tidak adanya pemerataan pengambilan data di seluruh wilayah Jakarta.Mengingat kejadian itu. Mungkin saja cara pengambilan data memang sudah baik dan sesui prosedur. Tapi sebaik-baiknya kesimpulan pasti kebenarannya tidak sampai seratus persen. Mungkin hanya 99 persen saja. Nah, mungkin yang satu persen itu malah sebuah kenyataan yang sebenarnya terjadi bahwa pernyataan 2 dari 3 laki-laki selingkuh itu tidak benar.Dari sudut pandang yang lain kita juga dapat menjelaskan bahwa rata rata orang yang selingkuh berasal dari kalangan menengah keatas. Orang-orang yang mempunyai uang lebih. Mereka hanya mencari kepuasan saja dan mengurangi kebosanan. Dari hal tersebut, kata dapat menanyakan berapa si orang kaya di Jakarta? Lebih banyak mana orang kaya dan orang miskin yang tinggal di kolong-kolong jembatan yang bertempat tinggal di Jakarata? Jika ditinjau dari hal tersebut, kita dapat menyatakan bahwa 2 dari 3 pria di Jakarta selingkuh. Dan menyagkut 2 dari 3 wanita di Jakarta juga selingkuh itu sama permasalahannya dengan yang laki-laki.Jadibagi ibu-ibu yang mau percaya kepada saya. Anda tidak usah kawatir terhadap suami Anda. Selagi keharmonisan masih terjaga insya Allah tidak akan terjadi masalah seperti itu.
    hendranto_12A_02_ang2008

  25. desy arisandi — November 19, 2008 @ 8:18 pm

    Menurut saya,data tersebut belum tentu benar karena belum tentu ada orang yang ingin diwawancarai dan membahas tentang aib mereka,tapi di zaman sekarang,melihat dari kenyataan yang terjadi disekitar kita,memang 2 dari 3 laki-laki berselingkuh,bukan hanya laki-laki,perempuan pun ada yang berselingkuh. Sample-sample yang telah di ambil oleh penulis,kemungkinan orang-orang yang berselingkuh karna adanya rasa bosan dengan pasangannya.Perselingkuhan terjadi bukan hanya dari para suami tapi otomatis istri juga terlibat dalam perselingkuhan tersebut.Dari pernyataan penulis belum dapat di ambil kesimpulan bahwa perselingkuhan yang terjadi di Jakarta terjadi pada 2 dari 3 laki-laki karena penulis tidak memberi bukti sehingga tidak dapat di simpulkan dan pasti perselingkuhan juga terjadi pada para istri.
    Intinya pernyataan dari si penulis belum tentu kebenarannya karena tidak disertai dengan bukti yang dapat di baca oleh pembaca.

    desy_07a_02_ang2008

  26. Mukrimah — November 19, 2008 @ 8:59 pm

    Berdasarkan wacana “2 dari 3 laki-laki beristri di Jakarta berselingkuh” yang telah saya baca, wacana tersebut tidak dapat dipercaya begitu saja karena terdapat kejanggalan mengenai isi dari wacana tersebut. Alasan saya mengatakan demikian karena wacana tersebut dibuat secara obyektif dan asal-asalan,tidak satupun fakta atau data-data pendukung sebagai penguat dalam mengambil kesimpulan.Untuk mendapatkan suatu kesimpulan kita memerlukan data yang kongkrit baik berupa tabel,grafik atau sumber yang valid sehingga dapat memudahkan kita menafsirkan secara benar tentang wacana tersebut.Sebaiknya kita harus mengecek kebenaran suatu wacana atau berita melalui data-data yang tersedia sebagai bahan pertimbangan.

    Mukrimah_18b_02_ang2008

  27. Dian Kumalasari — November 19, 2008 @ 9:26 pm

    Topik utama dalam artikel ini dapat menyudutkan para laki-laki beristri yang ada di Jakarta pada waktu itu. Hal tersebut tentu saja membuat para istri-istri yang ada di Jakarta menjadi lebih protect terhadap para suaminya. Namun belum tentu demikian apabila mereka merasa dirinya tidak melakukan hal tersebut, ataupun yang bersifat acuh tak acuh.
    Menurut saya, pengambilan keputusan dari penulis artikel tersebut bahwa 2 dari 3 laki-laki beristri yang ada di Jakarta berselingkuh, itu belum dapat diterima keabsahannya. Hal ini disebabkan karena proses pengumpulan, penataan, penyajian, penganalisisan, dan penginterpretasian data tersebut agar menjadi sebuah informasi belum tentu benar, apalagi jika ditinjau dari pemahaman ilmu statistik pun belum tentu sesuai. Jumlah sampel yang digunakan yaitu 2 dari 3 laki-laki beristri yang ada di Jakarta pun tidak dapat mewakili populasi yang ada yang digunakan sebagai kerangka acuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data agar menjadi sebuah informasi.
    Selain itu, tidak semua laki-laki beristri pun mau dijadikan sebagai sampel bagi yang melakukan penelitian apalagi untuk hal yang sangat bersifat privasi ini.
    dian_07B_02_ang2008

  28. eko budi prayoga — November 19, 2008 @ 11:41 pm

    Menurut saya pengambilan data dari artikel tersebut kurang dapat dipercaya, dalam artikel tersebut tidak ditemukan sumber seperti grafik dan diagram terlebih artikel diatas tidak diketahui cara pengambilan data mungkin saja pengambilanya dengan snowball sampling menurut saya, data tersebut valid .
    bagi sebagian wanita yang khawatir akan suaminya yang selingkuh menurut saya hal yang wajar, 2 dari 3 laki-laki yang berselingkuh kemungkinan disebabkan oleh pihak istri yang kurang memuaskan, namun saat ini kemungkinan wanita yang berselingkuh juga besar, tak lain lagi, laki-laki yang berselingkuh juga sama wanita yang mungkin saja laki-laki tersebut selingkuh dengan banyak wanita.
    Terlebih menurut informasi yang saya ketahui, wanita sekarang ini cenderung lebih agresif.
    Jadi kesimpulanya antara laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama untuk selingkuh, untuk pengambilan datanya supaya lebih di perjelas.

    eko_08B_02_ang2008

  29. Sofyan Wijaya Julianto — November 19, 2008 @ 11:48 pm

    Menurut saya, data tersebut belum tentu valid, karena bukan berdasar pendataan yang menyeluruh, dan menurut ilmu statistik, cara pengambilan kesimpulan dari data tersebut tidak benar karena metode, jumlah sample dll tidak disebutkan, jadi sulit untuk bisa dipercaya dan dipertanggung jawabkan….
    dan juga, Dari pernyataan terakhir yang menyebutkan bahwa “2 dari 3 wanita juga berselingkuh” itu saya kurang setuju walaupun telah diasumsikan kalau komposisi wanita dan laki-laki sama dan 1`orang laki-laki berselingkuh dengan 1 orang wanita… karena “1 orang laki-laki berselingkuh dengan 1 orang wanita” itu belum tentu “1 orang wanita berselingkuh dengan 1 orang laki-laki”,, bisa saja 1 orang wanita berselingkuh dengan “banyak” laki-laki…hehehe
    thankz y Pak
    ^^

    sofyan_22B_02_ang2008

  30. arfah karumpa — November 20, 2008 @ 11:53 am

    saya cuma bisa menambahkan sedikit bahwa mental seorang pria di indonesia khususnya di jakarta sangat lemah terhadap wanita,apalagi di kuatkan dengan hasil riset di atas tadi bahwasanya 2 dari 3 laki laki beristri di jakarta selingkuh.jadi menurut saya bagaimana kita ingin membangun dan menjaga negara ini,menjaga ikatan tali perkawinan saja kita tidak mampu.jadi saya menghimbau kepada seluruh kaum pria,bukan saja di jakarta,tetapi di seluruh indonesia,bahwa marilah kita bersama sama membenahi diri agar kita bisa lebih baik lagi.dan kita sebagai kaum lelaki harus bisa lebih menghargai kaum perempuan.kacian kaum perempuan itu teraniaya,itu saaaaaaaaakit looooh.

  31. sondang malaa — November 20, 2008 @ 2:03 pm

    Menurut saya data dan kesimpulan diatas tidak bisa dikatakan benar karena, apa iya kesimpulan tersebut dapat ditarik dengan menggunakan data yang seperti itu 2 dari 3 orang laki-laki di jakarta berselingkuh,mengambil kesimpulan tidak secara menyeluruh terlebih lagi dikaitkan dengan 2 dari 3 perempuan yang menjadi selingkuhannya.Padahal belum tentu seperti itu bisa saja 1 laki-laki berselingkuh dengan 2 wanita atau parahnya bisa saja perselingkuhan itu terjadi dengan sesama jenisnya, disini tidak jelas keterangannya tapi sudah dikaitkan dengan hal yang lain, sample nya juga menurut saya kurang banyak atau kurang menyeluruh.masa hanya karena 2 dari 3 orang pria yang berselingkuh maka kesimpulan yang diambil pria-pria lain juga suka berselingkuh.kemudian kesimpulan tidak dapat ditarik secara generalisasi karena harus ada data yang bisa dipertimbangkan, contohnya harus ada kaidah-kaidah statistika yang digunakan pada saat penarikan kesimpulan, adanya sample yang misalnya dipilih secara random yang bisa mewakili untuk penarikan kesimpulan.Karena penarikan kesimpulan bukan kesimpulan yang gengeralisasi melainkan kesimpulan pada kalangan terbatas dan tidak berlaku implikasinya
    karena kesimpulan bukan generalisasi dan tidak dilengkapi data-data akurat juga tidak diketahui dari mana sumber data yang jelas melainkan hanya diketahui dari sebuah media,bisa saja media tersebut hanya mengarang saja dan juga tidak ada dasar teorinya jadi saya tidak setuju dengan kesimpulan tersebut.

    sondang_23a_02_ang2008

  32. wening puspitasari — November 20, 2008 @ 2:08 pm

    Mmm…bagaimana ya? Setelah kita belajar statistik , nampaknya kita harus berpikir ribuan kali sebelum ikut-ikutan heboh menanggapi berita “dua dari tiga laki-laki”. Dengan dasar apakah tulisan itu dibuat? Bagaimanakah survey tersebut dilakukan ? Dan apakah si fulan dapat menjamin bahwa responden mengemukakan fakta secara jujur ? Atau adakah motif lain di balik pemberitaan tersebut ? Kesangsian mengenai benar tidaknya data tersebut ,pertama, bisa dilihat dari ketidakjelasan responden yang diteliti.Bahkan tidak ada penjelasan mengenai cara untuk pemilihan responden. Sedikit kemungkinan bahwa data diambil dari seluruh populasi laki-laki beristri di Jakarta mengingat cara tersebut sangat tidak efektif. Apalagi data ini menyangkut nama baik seseorang. Mungkinkah semua responden mengaku secara blak-blakan tentang perbuatan yang dapat mencemarkan nama baiknya sendiri? Sama saja bunuh diri dong. Ya apa ya? Kembali ke topik utama…. Nah , apabila responden diambil dari beberapa orang sample , berapakah jumlah sample yang diambil untuk mewakili sekian banyak populasi laki-laki beristri di Jakarta ? Apakah sample tersebut sudah dapat mewakili semua lapisan masyarakat atau hanya berlaku untuk kalangan tertentu (misalkan laki-laki yang hobi selingkuh) ? Lantas bagaimanakah dengan asumsi bahwa “dua dari tiga perempuan pun berselingkuh” ? Tenang, tenang, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan , lah… Untuk masalah pertama pun tidak ada data yang konkret dan meyakinkan bahwa “ini loh , dua dari laki-laki beristri di Jakarta memang selingkuh” , bagaimana mungkin kita dapat mengatakan bahwa dua dari tiga perempuan pun berselingkuh? Tentu saja tidak dapat diambil kesimpulan seperti itu kan. Sayang sekali warga Jakarta tidak seluruhnya mengerti ilmu statistik. Andaikan warga Jakarta seluruhnya mengerti ilmu statistik ,tentu si fulan harus susah payah mencari data lain yang lebih meyakinkan ya.
    wening_25a_02_ang2008

  33. Mohamad Reza — November 20, 2008 @ 2:13 pm

    melihat dari kasus yang terjadi diatas yang menyebutkan bahwa 2 dari 3 laki-laki beristri di Jakarta selingkuh, saya merasa sangat tidak setuju.karena disana tidak terdapat penjelasan metode apa yang telah digunakan,bagaimana proses pengambilan data,serta bagaimana proses pengambilan kesimpulan.padahal dalam statistika ada metode tersendiri, dimulai dari identifikasi masallah dan peluang, lalu pengumpulan data dan fakta yang ada dimana data dan fakta harus orisinil dan representatif.setelah itu dilakukan klasifikasi data lalu dianalisis sehingga mengeluarkan hsail yang baik.namun,dalam kasus ini bisa saja terjadi kesalahan dalam proses pemecahan masalah decara statistik.hal ini menyebabkan adanya ketidakpastian yang sangat riskan,yang menyebabkan ketidak percayaan para istri terhadap suaminya di Jakarta.

    lalu di bagian terakhir menyebutkan bahwa “Jika 2 dari 3 laki-laki berselingkuh, dengan siapa dia berselingkuh?…artinya dengan 2 perempuan lainnya (asumsi 1 orang laki-laki berselingkuh dengan 1 orang perempuan)……jika komposisi laki-laki dan perempuan sama dan para suami berselingkuh dengan para istri maka ….. kemungkinan 2 dari 3 perempuan pun berselingkuh”,hal ini merupakan pertanyaan yang timbul akibat adanya kesalahan kesimpulan yang telah diambil.Jika hasil penelitian tersebut benar maka hendaknya peneliti mengetahui data-data yang mendukung pernyataannya tersebut

    terimakasih

    regards

    reza_17a_02_ang2008

  34. wilda aldama — November 20, 2008 @ 5:25 pm

    menurut pendapat saya, data yang diambil masih belum terlalu jelas. karena di artikel tersebut pemberi sumber tidak memberikan dari mana dia menemukan data tersebut, dan bagaimana dia mengambil data tersebut. sehingga untuk kita bisa menyimpulkan data tersebut yang menyatakan bahwa diantara 2 dari 3 laki-laki di jakarta selingkuh, itu belum memastikan semua laki-laki di jakarta selingkuh. karena bisa saja data yang di ambil hanya dari sebagian laki-laki di jakarta yang hoby berselingkuh. oleh karena itu saya dapat menyimpulkan bahwa data yang di ambil masih belum akurat dan kesimpulan dari data tersebut masih belum pasti kebenarannya.

    wilda_25B_02_ang2008

  35. Hilal Fahmi — November 20, 2008 @ 5:29 pm

    Hal pertama yang harus diperhatikan dalam sebuah survey adalah kejelasan sumber. Sumber yang digunakan harus ikut diterangkan. Tidak bisa hanya dengan mengatakan bahwa sumber yang digunakan adalah sumber terpercaya. Walaupun dengan alasan menjaga kerahasiaan sumber, setidaknya harus ada keterangan tentang pekerjaannya, umur, dsb. Hal kedua adalah metode pengambilan sampel. Metode harus ikut diterangkan. Bagaimana cara pengambilan sampelnya, cara pengolahan data, dsb. Hal ketiga adalah proses pengambilan kesimpulan juga diterangkan. Maksudnya, bagaimana jalan pikiran yang digunakan sehingga tercipta kesimpulan seperti itu. Jadi, hasil survey tersebut tidak valid. Kemudian permasalahan yang timbul adalah adanya kesimpulan bahwa bila 2 dari 3 laki-laki berselingkuh, maka 2 dari 3 wanita juga berselingkuh jika 1 laki-laki berselingkuh dengan 1 wanita saja dan perbandingan laki-laki dan wanita adalah sama. Kesimpulan ini juga tidak sepenuhnya benar karena sudah sama-sama kita ketahui bahwa wanita lebih banyak daripada laki – laki. Selain itu, masih mungkin jika laki-laki berselingkuh dengan lebih dari 1 wanita, dan sebaliknya. Jadi, kesimpulan ini masih harus dilandasi survey yang terpisah dari survey sebelumnya.

    hilal_14a_02_ang2008

  36. ahmad — November 20, 2008 @ 5:34 pm

    Menurut pendapat saya,terus terang saya kurang bahkan tidak setuju.memang ada kemungkinan besar terdapat prosentasi perselingkuhan di kalangan rumah tangga.Namun,prosentasi yang ditampilkan dalam hasil survey tersebut terlalu berlebihan dan cenderung mengada-ada.Yang menjadi pertanyaan awal dan mendasar ialah siapa si fulan tersebut?apakah si fulan memang pihak yang berkompeten di bidang pengolahan data tersebut dalam hal ini statistika.yang kedua apa tujuan si fulan menampilkan data tersebut.apakah si fulan melakukan survey langsung atau bagaimana cara si fulan memperoleh data tersebut.Jika memang data tersebut diperoleh dari orang yang dapat dipercaya,siapakah orang tersebut.kesimpulannya data tersebut terlalu mengada-ada dan terlalu banyak kelemahan serta terdapat banyak ketidakjelasan.
    Menurut pemikiran saya sih,kemungkinan data tersebut hanya sekedar bombastis saja.dalam kata lain hanya untuk meningkatkan angka penjualan.
    menanggapi kesimpulan bahwa berarti 2 dari 3 wanita juga selingkuh.secara matematis jika data yang diambil emang benar kita dapat mengambil kesimpulan tersebut.tapi karena data yang diatampilkan sangat mengada ada maka kesimpulan tersebut juga tidak benar.apalagi di tahun 90-an kehidupan Jakarta tidak sebebas dan seHegemoni saat ini.pun jika diambil survey melalui jaringan telepon tidaklah data yang diambil akan mendekati kebenaran karena sangat jarang orang pada saat itu memiliki telepon apalagi hp.demikian pendapat saya yang baru sedikit saja memahami tentang ilmu statistik.

    ahmad_02a_02_ang2008

  37. ria g.k — November 20, 2008 @ 5:43 pm

    Menurut saya tentang artikel diatas bahwa 2 dari 3 laki-laki dijakarta berselingkuh itu belum dapat dibenarkan karna bukti yang ada pada artikel tersebut masih belum pasti dan masih membutuhkan informasi. tapi kalau melihat dari kenyataan, sebagian laki-laki memang ada yang selingkuh dengan perempuan lain dan begitupun sebaliknya, sebagian perempuanpun ada yang berselingkuh… tp semua itu tidak dapat disimpulkan begitu saja karna harus ada pendataan…
    ria_20b_02_ang2008

  38. aygustini — November 20, 2008 @ 6:07 pm

    Menurut saya data tersebut belum tentu benar atau tidak dapat diakui kebenarannya karena dari cara pengambilan sample nya saja tidak jelas berasal dari mana dan bagai mana cara pengambilan data tersebut. Jumlah para suami yang berselingkuh itu pun belum jelas dan belum tentu benar karena tidak mungkin sebanyak itu jumlah para suami yang berselingkuh. Dan bagaimana jika ternyata tidak ada suami yang berselingkuh. Tetapi jika ada yang berselingkuh bagaimana cara mereka bisa berselingkuh jika jumlah wanitanya pun sama dengan jumlah pria. Apa mungkin pria tersebut harus berselingkuh dari istri para pria lain tersebut dan menurut saya itu tidak mungkin. Jadi menurut saya data tersebut belum tentu benar. Aygustini.s_06_02_ang2008

  39. Ratna Yulia Dewi — November 20, 2008 @ 6:14 pm

    Menurut saya, data tersebut tidak memenuhi syarat data yang benar dan akurat.
    Yang pertama, dalam bacaan tersebut tidak tercantum keterangan bagaimana dan kapan penelitian tersebut diadakan. Dan selanjutnya, tidak dicantumkan darimana data tersebut di ambil, serta cara pengumpulan datanya. Mungkin saja, data tersebut di ambil 10 tahun yang lalu, atau mungkin data tersebut tidak di ambil secara acak, dengan kata lain, data tersebut di ambil hanya dari satu lingkungan tertentu. Dengan menggunakan data sample “ laki-laki di Jakarta..”, maka sangat banyak pilihan kriteria sample yang bisa dipilih dan ditentukan, contohnya, dari segi umur, tingkat kehidupan perekonomian, pekerjaan, dan lain-lain. Dan masih banyak kemungkinan data yang perlu dipertanyakan. Tentunya, kebenaran data tersebut juga masih sangat sangat perlu dipertanyakan. Maka, bagi para pembaca pun harus berhati-hati dalam mempercayai suatu isu atau berita. Hal ini dapat membawa dampak yang sangat berpengaruh bagi lingkungan masyarakat kita. Terutama untuk kaum istri atau wanita.
    Ratna.Y.D_20A_02_ang2008

  40. muhammad fithrah — November 20, 2008 @ 6:51 pm

    Menurut saya, pernyataan tersebut banyak mengandung keraguan. Banyak faktor yang mendukung kesangsian akan pernyataan tersebut, antara lain jumlah samplenya, metode pengambilan data, analisis terhadap data (keakuratan sample), serta sumber dari data tersebut yang tidak dicantumkan. Dalam suatu artikel, biasanya di sebutkan dengan jelas hal tersebut. Misalnya : koresponden berjumlah 200 pria beristri yang diambil dari kalangan yang berusia 30-40 tahun di Kota Jakarta. Mengenai tentang jumlah wanita yang selingkuh, pernyataan tersebut mungkin benar. Jika 2 dari 3 laki-laki berselingkuh, secara kasar, juga dapat kita simpulkan bahwa 2 DARI 3 PEREMPUAN JUGA SELINGKUH (“jika dan hanya jika” asumsi jumlah wanita dan pria sama & satu pria tepat berselingkuh dengan satu wanita”). Namun, jika komposisi wanita tidak sama dengan pria dan ada diketahui pria berselingkuh dengan lebih dari satu wanita. Maka pernyataan tersebut TIDAK BENAR.

    muhammad_17b_02_ang2008

  41. yethi_26a_02_ang2008 — November 20, 2008 @ 7:22 pm

    Menurut saya informasi yang disampaikan diatas bisa jadi benar dan bisa juga salah. Informasi di atas bisa dikatakan benar apabila dalam media yang bersangkutan dijelaskan juga mengenai metode penelitian, obyek yang disurvei/dijadikan sampel terkait jumlahnya, persebarannya maupun latar belakangnya serta hasil survei yang jelas dan data-data pendukungnya. Perlu diingat juga bahwa informasi tersebut tidak bisa akurat atau benar 100%, tetapi hanya mendekati, mungkin 90% atau 80% sehingga bisa dianggap benar.
    Mengenai adanya pernyataan bahwa jika 2 dari 3 laki-laki beristri berselingkuh (pernyataan 1) dengan asumsi : 1 orang laki-laki berselingkuh dengan 1 orang perempuan (asumsi 1), komposisi laki-laki dan perempuan sama (asumsi 2) dan para suami berselingkuh dengan para istri (asumsi 3) maka bisa dikatakan 2 dari 3 perempuan berselingkuh (pernyataan 2), menurut perhitungan saya itu tidak benar. Sebagai bukti, contoh kasus:
    *dalam suatu populasi terdapat 80 orang yang terdiri dari 40 laki-laki (6 bujangan, 30 suami, 4 duda) dan 40 orang perempuan (6 perawan, 30 istri, 4 janda). Hal ini sesuai dengan asumsi 2
    *dari pernyataan 1 diperoleh jumlah laki-laki beristri yang berselingkuh = 2/3×30 = 20
    *dari asumsi 3 diperoleh : 20 suami berselingkuh dengan 20 istri.
    *jika yang berselingkuh hanya para istri maka perbandingan perempuan yang berselingkuh dengan total populasi perempuan adalah = 20/40 = 1/2 tidak 2/3
    * untuk mendapatkan pernyataan yang benar maka pernyataan 2 harus diubah bukan 2 dari 3 perempuan melainkan 2 dari 3 perempuan bersuami (para istri), itupun harus ditambah 1 asumsi lagi yaitu yang berselingkuh hanya para istri.
    * kesimpulan : terlalu jauh untuk menghubungkan informasi perbandingan laki-laki beristri yang berselingkuh dengan perbandingan perempuan yang berselingkuh karena banyak asumsi yang harus dipenuhi. Sebaiknya diadakan penelitian tersendiri untuk memperoleh informasi tersebut.

  42. ahmad royan nushobah — November 20, 2008 @ 7:42 pm

    MAAF PAK,SAYA KIRIM DUA KALI KARENA KELASNYA SALAH
    Menurut pendapat saya, kesimpulan tentang 2 dari 3 laki-laki di Jakarta berselingkuh yang telah disebutkan dalam artikel tersebut tidak valid. Kemungkinan ini hanyalah trik pemasaran(marketing) yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan di dalam pembuatan dan juga penjualan film tersebut.
    Data yang diperoleh mungkin saja benar tetapi dalam artikel tersebut tidak disebutkan dari mana sumber data tersebut diperoleh, jumlah sampel yang diteliti, dan juga hal-hal lain yang menyangkut dasar informasi yang digunakan. Hal ini sangat penting karena dalam mengambil kesimpulan berdasarkan penelitian sampling sangatlah penting untuk memperhatikan dasar informasi yang akan digunakan khususnya data. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah data yang diambil harus memenuhi syarat representatif.
    Menurut saya, data yang digunakan dalam penelitian tersebut belum mewakili penduduk Jakarta.
    Terlebih lagi, menurut saya, akan sangat sulit bahkan tidak akan bisa untuk mencari dan menemukan sampel yang mau menjawab pertanyaan apakah dia berselingkuh.
    ahmad_01b_02_ang2008

  43. syamsuriani — November 20, 2008 @ 7:45 pm

    Menurut saya asumsi yang menyatakan bahwa 2 diantara 3 laki-laki dan perempuan di Jakarta berselingkuh dapat saya katakan benar dan dapat juga saya katakan salah mengapa saya mengatakan benar.? Karena kita tidak mengetahui sifat dan watak masing-masing individu bias saja mereka merasakan kejenuhan dengan pasangan mereka sehingga mereka mencari hiburan diluar sana yang dapat menghilangkan kejenuhannya salah satunya dengan cara yang tidak benar yaitu berselingkuh.dan mengapa saya juga mengatakan bahwa asumsi tersebut salah ?karena kita tidak mengetahui dengan jelas dari mana pernyataan-pernyataan tersebut di peroleh karena tidak dicantumkan contoh-contoh yang dapat memperjelas asumsi tersebut sehingga masih terdapat kejanggalan pada artikel tersebut.

  44. Vero Rafizaliko — November 20, 2008 @ 7:59 pm

    Sebelum membahas wacana di atas dari sudut pandang saya, ada baiknya bagi kita untuk mengetahui syarat apa saja yang diperlukan agar sebuah informasi, khususnya informasi yang berhubungan dengan data-data statistik, itu dapat diterima kebenarannya atau keakuratannya. Pertama, sumber data yang terdapat pada informasi harus jelas. Sumber data merupakan tolak ukur bagi data itu sendiri agar dapat dipercaya oleh masyarakat umum dalam sebuah informasi. Kedua, berhubungan dengan masalah ilmu statisik, di mana data dari sebuah informasi harus didukung oleh semacam penyajian data yang sifatnya semestinya representatif dan megokohkan existensi informasi beserta datanya. Ketiga, logika atau masuk akal. Mengenai wacana di atas, probabilitas bahwa dua dari tiga orang suami selingkuh dengan dua dari tiga wanita yang notabene pun telah bersuami pasti ada, tentunya dalam jumlah komposisi antara pria dan wanita yang sama. Hanya saja, terdapat beberapa keganjilan dari isi wacana tersebut, misalnya saja kekhawatiran dari para suami yang tidak beralasan, seharusnya mereka tidak perlu cemas apakah mereka termasuk dua orang suami yang berselingkuh jika mereka memang tidak pernah melakukannya. Keganjilan lainnya berasal dari pengandaian si penulis mengenai jumlah komposisi antara pria dan wanita yang menyatakan bahwa jumlahnya sama, jika data tersebut jelas dan sesuai dengan penginterpretasian, pengolahan dan penyajian yang didasari dengan ilmu statistik yang kuat. Demikian tanggapan saya mengenai isi dari wacana di atas.
    vero_24B_02_ang2008

  45. Risa Ayu — November 20, 2008 @ 7:59 pm

    Setelah membaca artikel di atas, saya berpendapat bahwa artikel di atas belum bisa dikatakan benar. Mengapa? Karena artikel di atas tidak menampilkan bukti-bukti dan penyajian data yang baik. Bukti dan penyajian data yang baik yang saya maksud misalnya adalah data dengan menggunakan tabel, grafik, atau ukuran-ukuran deskriptif. Selain itu, data di atas juga kurang representatif terhadap jumlah laki-laki beristri di Jakarta. Bagaimana bisa penulis menyimpulkan dari banyak laki-laki beristri di Jakarta hanya menjadi 2 dari 3?

    Dan pertanyaan yang lebih mendasar lagi adalah bagaimana cara penulis melakukan pengambilan/pengumpulan data tersebut dan siapa sumber yang telah dikorek informasinya oleh si penulis?
    Dari yang saya baca di buku statistik,disebutkan bahwa ada banyak cara untuk mengumpulkan data,namun ada 2 cara yang selama ini umum dilakukan yaitu, dengan cara wawancara dan kuesioner melalui pos. Penulis tidak menyebutkan apakah dia menggunakan cara wawancara atau kuesioner melalui pos. Jika dia menggunakan metode wawancara, apa mungkin dia akan melakukan wawancara kepada laki-laki di setiap daerah di Jakarta demi menerbitkan sebuah artikel? Dan jika dia menggunakan cara kuesioner melalui pos, apakah dapat dipastikan kalau semua akan mengembalikan jawaban tersebut? Padahal jawaban tersebut adalah penting untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Penulis juga tidak menyebutkan sampelnya dambil secara acak atau tidak, padahal metode itu menentukan representatif atau tidaknya data tersebut terhadap objek yang diamatinya.
    Dari satu pertanyaan saja sudah dapat dipastikan data di atas belum bisa dipertanggung jawabkan, jadi kita tidak bisa begitu saja percaya dengan artikel di atas. Kemudian mengenai sumber, siapa laki-laki yang menjadi sampelnya? Apakah mereka dapat dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan privasi tersebut? Apakah mereka dapat dengan mudah membuka aib mereka? Dan apakah laki-laki itu benar-benar asli atau tinggal di Jakarta? Saya rasa akan susah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.

    Mengenai pernyataan bahwa jika 2 dari 3 laki-laki berselingkuh berarti 2 dari 3 perempuan juga berselingkuh, itu belum tentu benar karena walaupun komposisi laki-laki dan perempuan sama belum tentu laki-laki di Jakarta juga berselingkuh dengan perempuan yang sama-sama tinggal di Jakarta. Dan belum tentu juga satu laki-laki berselingkuh dengan satu wanita saja,atau bahkan ada laki-laki yang berselingkuh dengan sesama laki-laki (baca:homo).

    Nah, kesimpulanya data di atas belum bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya dan belum tentu 2 dari 3 perempuan di Jakarta juga berselingkuh.
    (^_^)

    risa_21A_02_ang2008

  46. hesty_13B_02_ang2008 — November 20, 2008 @ 8:23 pm

    mmm .
    cukup menarik .
    hhe’
    n.n

    setelah membaca artikel tersebut di atas, ada beberapa kesimpulan yang saya peroleh, antara lain :
    1. Si Penulis artikel tidak bertanggungjawab atas data atau informasi yang disampaikan. Dia tidak menyadari efek dari berita yang dijualnya. Apakah sebelum rumor itu beredar dia tidak memikirkan respon dari masyarakat, terutama kaum ibu yang pastinya menjadikan topik ini pembicaraan yang sangat suitable untuk digembor-gemborkan? Apakah Si Penulis tidak memikirkan bahwa kaum istri merasa cemas akan kesetiaan suami-suami mereka?
    2. Si Penulis berani sampai pada kesimpulan “2 dari 3 laki-laki beristri di Jakarta berselingkuh” padahal sama sekali tidak ada …mmmmm sebut saja ‘data-data’ lain yang SECARA REAL harus mendukung kesimpulannya itu. Menurut saya, tidak ada kejelasan sampel dari penulis menyangkut informasi yang beredar. Di samping itu masih banyak sekali kecacatan-kecacatan yang ada untuk menjadikan data/informasi tersebut dapat dipercaya dan/atau dipertanggungjawabkan kebenarannya. Misalnya, metode mengumpulan data yang dipakai, cara atau metode pengambilan data dan alat pengambilan data yang dipakai.

    at least, logika saya tidak bisa mencerna kebenaran dari artikel tersebut .

    hhe .
    cUma segituu pak .
    ^^
    pisss

    mm
    maklum ia pak
    pengetahuan saya masih terlalu sedikit .
    hhehe
    jangan bosen ngajarin saya dan temennd2 anggaran IB ia pak .

    hesty_13B_02_ang2008

  47. Jivati — November 20, 2008 @ 9:51 pm

    Data trSbuT msh krng dpat dpRcya krn ada ktdakJelasan bgmana cAra survey dan pngmbilan data.Data yg diambil mskpun dng cra smpling pun ttp hrus rPresntative,namun dlm ksus itu tdk ada kJlasan apkh dta itu mmng bnr2 rprsntative/tdk.Dpt sja surve dlkukan hny pd daerh yg bnyk pRslngkuhan,ini jLs dpt dktkan tdk rPsntative dan mwkili slrh jKt.Bgmana dng daerh yg jrng perSlngkuhn?Apkh jg dsurvey?Tdk ada ket.Mgenai hal itu.Slain itu cra pngmbilan dta pun bs mjd mslh dan dragukn keabsahanya.Bs sja cra yg dpkai untk mgmbil dta adlh smpling ‘cra bkn aCak’ dmana tiap elmen tdk mndpt ksmptn yg sma utk dpliH mjd sample.JLs cra ini sngt tdk sbjektif dan smpling tdk mempnyai ksmptn yg sma untk djadikan dta dan dsurvey,yg smkin mnambah krguan dr hsil ksmpulan artikel.

    Jivati_15B_02_ang2008

  48. Andhra_4B_02_ang2008 — November 20, 2008 @ 10:34 pm

    Pertama, dari artikel di atas jelas bahwa data dlm artikel tersebut tdk relevan. Dari mana asal pernyataan “2 dari 3 laki2 di Jakarta berselingkuh”? Sumber referensi ataupun pelaku survei itu sendiri tdk dicantumkan. Tdk pula dicantumkan chart, diagram, tabel, atau data apapun yang mendukung pernyataan tersebut. Kedua, anggaplah data itu benar dan telah memenuhi syarat2 data statistik. Dilihat dari isinya, pernyataan tersebut sangatlah kontroversial. Penyajian data2 yang mendukung pernyataan tadi justru akan berkesan menguatkan dan menimbulkan keributan dan kecurigaan kpd pasangan yang lebih besar.
    Sekian.

  49. rizky — November 21, 2008 @ 9:29 am

    Menurut saya, artikel di atas kurang dapat diterima dan dipertanggunjawabkan karena dasar dari data tersebut tidak diketagui. Tiba-tiba saja disebutkan kalau 2 dari 3 laki-laki di Jakarta selingkuh. Dari mana data seperti itu diperoleh sehingga dapat diambil kesimpulan seperti itu? Kita tidak tahu karena tidak disajikannya data yang dapat dipertanggungjawabkan, melainkan hanya kesimpulan yang entah dari mana datangnya.
    (maaf kalau agak telat, kemarin-kemarin coba post komentar tetapi selalu gagal)

    rizky_21b_02_ang2008

  50. Hendy — November 21, 2008 @ 10:16 am

    Statistik yang diajukan tampaknya hanya sekedar spekulasi dari penulisnya,bukan merupakan fakta.Hal yang mendasari asumsi tersebut adalah meragukannya sumber dari sampel data tersebut.Seringkali,apabila kita melihat suatu data statistic yang mencengangkan, dalam arti mengandung unsure kontroversi,pasti sumber dari data tersebut tidak meyakinkan,bahkan adakalanya fiktif.Demikian pula data ini,tampak sampel yang diambil tidak valid dan meragukan,terbukti dengan tidak disertakannya sumber data,metode pengambilan data ataupun tabel-tabel yang berfungsi mendukung pernyataan sang penulis.Hal inilah yang menimbulkan banyak pertanyaan. Selain itu,jika pengambilan data,misal di survey,maka apakah ada suami yang mau mengaku dengan terus terang bahwa ia berselingkuh?Apalagi persentasenya sampai 2 dari 3 orang yang mengakuinya.Hal tersebut sungguh tidak masuk akal.Saya rasa statistik semacam ini hanya anekdot yang bertujuan memacu sensitivitas publik,bukan memaparkan fakta yang sebenarnya.

  51. Fathul — November 21, 2008 @ 10:22 am

    Menurut saya kesimpulan tersebut sulit untuk dibuktikan,karena beberapa sebab.Yang pertama,si fulan hanya menyebutkan data didapat dari sumber yang terpercaya.Hal itu menyebabkan semakin banyak spekulasi yang timbul tentang kebenaran data tersebut,apakah didapat dari sumber lain,apakah mendapatkan data sendiri atau hanya rekaan.Penyebab kedua,si fulan tidak menyebutkan bagaimana dia mendapatkan data.Ketiga,tidak ada petunjuk jelas tentang criteria sampel yang diambil,contohnya seperti pekerjaan ,usia,strata social,dan lain-lain.Dan yang paling aneh,tidak ada keterangan yang jelas tentang jumlah wanita selingkuhan yang dimiliki tiap laki-laki.

    Fathul_9B_02_ang2008

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment